KATA PENGANTAR
puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia dan
hidayah-nya serta melimpahkan nikmat yang banyak, tak lupa juga kita aturkan
shollawat kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW. yang telah
menuntun kita dari jaman jahiliyah yang gelep gulita menuju jalan yang terang
benerang yakni addinul islam. Sehingga karya tulis dalam lomba karya cipta 2017
bisa terselesaikan dengan lancar, dan kami ucapkan terimakasih kepada
§ Bapak Imam Bagus Setiawan, S.T,SP.d
selaku kepla sekolah SMK Muhammadiyah 5 Babat
§ Bapak Abdul Rohman, S.Kom selaku kepala
kaprodi SMK Muhammadiyah 5 Babat
§ Ibu Vita Ariyanti, S.Pd selaku pembina
SMK Muhammadiyah 5 Babat
§ Serta anggota yang ikut membantu
semoga semua bantuan dari bapak/ibu guru serta anggota mendapatkan balasan
dari Allah SWT. dan semua amal ibadah nya di terima serta sukses kedepan nya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada era
informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information
and Communication Technology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan global. Oleh karena itu, setiap institusi termasuk perpustakaan
berlomba untuk mengintegrasikan ICT guna membangun dan memberdayakan sumber
daya manusia berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global.
Contoh penerapan ICT dalam bidang perpustakaan adalah system
otomasi dan perpustakaan digital.
Perpustakaan
digital adalah sebuah system yang memiliki beragam layanan dan obyek informasi
yang mendukung akses obyek informasi tersebut melalui perangkat digital
(Sismanto, 2008). Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi
di dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam
format digital dengan cepat, tepat, dan akurat. Perpustakaan digital itu tidak
berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan
informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia.
Perkembangan
perpustakaan berbasis teknologi informasi bagi pengelola perpustakaan dapat
membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi otomasi perpustakaan,
sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien. Fungsi
otomasi perpustakaan menitikberatkan pada bagaimana mengontrol sistem
administrasi layanan secara otomatis terkomputerisasi. Sedangkan bagi pengguna
dapat membantu mencari sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan
catalog on-line yang dapat diakses melalui internet, sehingga pencarian
informasi dapat dilakukan kapan dan dimanapun ia berada.
Kemudahan
pengguna dalam menemukan informasi baik dalam system otomasi maupun
perpustakaan digital bukanlah hal yang mudah dalam proses penerapannya.
Dibutuhkan sarana untuk dapat menemukan informasi tersebut secara efektif dan
efisien yang disebut dengan istilah metadata. Metadata ini bukanlah konsep yang
baru muncul setelah kita mengenal system komputerisasi namun sudah ada
sebelumnya walaupun dengan istilah yang berbeda.
Idealnya, setiap perpustakaan memanfaatkan kecanggihan teknologi
informasi untuk mendukung pengelolaan koleksi perpustakaan. Salah satu contoh
konkritnya yaitu perpustakaan menggunakan Aplikasi yang disebut dengan SLiMS
(Senayan Library Management System). Aplikasi OSS (Open Source System) ini
telah digunakan hampir di seluruh perpustakaan di Indonesia. Sedikitnya
ada sekitar 218 perpustakaan dan lembaga lain yang mengaku memakai SLiMS
sebagai OSS mereka (Hendro dkk, 2008).
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah pembuatan
software Senayan Library Management System ?
2. Bagaimana Spesifikasi Teknis
yang dibutuhkan software Senayan Library Management System ?
3. Bagaimana Proses Bisnis
Aplikasi software Senayan Library Management System ?
4. Apa saja keunggulan dan kekurangan
dari pemakaian AplikasiSenayan Library Management
System ?
5. Bagaimana Pengembangan Senayan
Library Management System kedepannya?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah
pembuatan software Senayan Library Management System
2. Untuk mengetahui Spesifikasi
Teknis yang dibutuhkan softwareSenayan Library
Management System
3. Untuk mengetahui Proses Bisnis
Aplikasi software Senayan Library Management System
4. Untuk mengetahui keunggulan dan
kekurangan dari pemakaian Aplikasi Senayan Library Management System
5. Untuk mengetahui Pengembangan Senayan
Library Management System kedepannya.
D. Manfaat
Penulisan
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Secara Teoritis
Penelitian ini
bisa bermanfaat bagi pembaca, yaitu mampu menambah dan memperluas pengetahuan
mereka mengenai manfaat dari adanya SliMS (Senayan Library Management System)
dalam suatu perpustakaan.
2.
Secara Praktis
a.
Masyarakat dapat mempelajari lebih lanjut mengenai perkembangan teknologi yang
terjadi pada dunia perpustakaan.
b.
Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan informasi melalui keberadaan Aplikasi
OSS SLiMS pada perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Senayan Library
Management System (SLiMS)
Senayan, atau lengkapnya Senayan Library Management System (SLiMS),
adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library
management system) sumber terbuka yang dilisensikan di
bawah GPL v3. Aplikasi web yang dikembangkan oleh tim dari Pusat
Informasi dan Humas Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia ini dibangun dengan
menggunakan PHP, basis data MySQL,
dan pengontrol versi Git.
Pada tahun 2009, Senayan memenangi INAICTA 2009
untuk kategori open source
Senayan pertamakali digunakan di Perpustakaan Departemen
Pendidikan Nasional. Pengembangan Senayan dilakukan oleh SDC (Senayan
Developers Community). Di koordinir oleh Hendro Wicaksono, dengan Programmer
Arie Nugraha, Wardiyono. Sementara dokumentasi dikerjakan oleh Purwoko, Sulfan
Zayd, M Rasyid Ridho, Arif Syamsudin. Pada Januari 2012, developer SLiMS
bertambah 2 orang, yaitu: Indra Sutriadi Pipii (GOrontalo) dan Eddy Subratha
(Jogjakarta). Selain itu, ada pula programmer Tobias Zeumer (tzeumer@verweisungsform.de), dan Jhon Urrego Felipe Mejia (ingenierofelipeurrego@gmail.com). Situs resmi SLiMS, saat ini ada di http://slims.web.id
Menurut
Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan, program
manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November 2006. Waktu
itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta
tengah kebingungan karena program manajemen perpustakaan Alice habis masa
pakainya. Alice adalah perangkat lunak bikinan Softlink sumbangan Pusat
Kebudayaan Inggris, British Council.
Departemen
tak memiliki anggaran untuk memperpanjang masa pakai Alice. Selain itu, Alice
adalah produk tidak bebas (proprietary) yang serba tertutup. Staf perpustakaan
sulit mempelajari program tersebut. Alice bahkan tak dapat dipasang di server
atau komputer lain, sehingga tidak dapat didistribusikan ke perpustakaan di
lingkungan departemen tersebut.
Hendro
lantas mengusulkan ke Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, yang memayungi
perpustakaan di departemen itu, untuk membuat program baru sebagai pengganti
Alice. ”Karena awalnya dikembangkan dengan uang negara, harus bisa diperoleh
secara bebas oleh masyarakat,” katanya.
Software
baru itu kemudian dikembangkan dengan General Public License, sistem perizinan
yang lazim digunakan dalam perangkat lunak berbasis sumber terbuka. Perizinan
ini mensyaratkan agar software tersebut harus dapat digunakan, dipelajari,
diubah, dan didistribusikan ke pihak lain secara bebas.
Pada awalnya
Hendro dan Arie Nugraha, pustakawan lain di sana, mencari perangkat lunak yang
sudah jadi, tapi terbentur sejumlah masalah. Beberapa peranti lunak, seperti
PHP MyLibrary dan OpenBiblio, ternyata kurang serius menerapkan prinsip
pengembangan aplikasi dan basis data. Dalam basis data yang bagus, misalnya,
tabel pengarang dan buku harus terpisah. ”Nah, software yang ada waktu itu
menggabungkan keduanya, sehingga tabel itu jadi lebih rumit karena memuat data
pengarang 1, pengarang 2, dan seterusnya,” kata Hendro.
Teknologi
yang digunakan dalam software itu pun umumnya memakai bahasa pemrograman Perl
dan C++ yang relatif lebih sulit dipelajari oleh para pustakawan departemen
yang tak punya latar belakang ilmu teknologi informasi. Selain itu, beberapa
perangkat lunak tersebut sudah tidak aktif atau lama sekali tidak muncul versi
terbarunya.
Dengan
berbagai pertimbangan itu, mereka memutuskan membuat perangkat lunak yang baru
sama sekali dengan memanfaatkan bahasa pemrograman PHP dan basis data MySQL,
yang mereka pelajari secara otodidak. ”Kami semua berlatar belakang
pustakawan. Kebetulan kami suka pada teknologi informasi dan sama-sama
mempelajarinya,” kata Arie.
Karena
awalnya dikembangkan di perpustakaan yang berlokasi di kawasan Senayan dan nama
itu dirasa cocok dan punya nilai pasar yang bagus, aplikasi sistem perpustakaan
itu pun dinamai seperti tempat kelahirannya.
Senayan
berukuran kecil dan sangat mudah dipasang di komputer, baik yang memakai sistem
operasi Linux maupun Windows. ”Besar seluruh file program, termasuk program
Linux, kurang dari 1 gigabita,” kata Arie saat menjaga gerai Senayan di pameran
Global Conference on Open Source di Hotel Shangri-La Jakarta, 27 Oktober lalu.
Meski
dibangun di atas platform GNU/Linux, Senayan bisa berjalan hampir di semua
sistem operasi komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan
interaktivitas pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous
JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban. Beberapa software bersumber
terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk memperkaya fiturnya, seperti
genbarcode untuk pembuatan barcode, PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan
tinyMCE untuk penyuntingan teks berbasis web.
Yang terpenting, Senayan dirancang sesuai dengan standar
pengelolaan koleksi perpustakaan, misalkan standar pendeskripsian katalog
berdasarkan ISBD yang
juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules. Standar ini umum
dipakai di seluruh dunia. ”Karena yang mengembangkan adalah para pustakawan,
kami berani menjamin bahwa aplikasi ini sesuai dengan standar yang dibutuhkan
pustakawan di dalam dunia kerjanya,” kata Hendro.
Untuk mengembangkan Senayan, Hendro dan Arie mengajak anggota di
mailing list ISIS (ics-isis@yahoogroups.com)—kelompok diskusi para pustakawan pengguna
perangkat lunak manajemen perpustakaan milik UNESCO—bergabung. Beberapa
pustakawan lain menanggapi rencana mereka, bahkan turut membantu mengembangkan
peranti lunak itu.
Jadilah
Senayan versi beta yang hanya beredar di kalangan pustakawan di kelompok
diskusi itu. Merekalah yang menguji dan kemudian memperbaiki bolong-bolong
dalam program tersebut. Akhirnya, setelah program itu dirasa cukup stabil,
Senayan dirilis ke publik pada November 2007, bertepatan dengan ulang tahun Perpustakaan
Departemen Pendidikan Nasional yang ketiga.
Sebenarnya
Senayan belum sempurna saat itu, tapi Hendro merasa bahwa program ini harus
segera digunakan, terutama agar pustakawan di kantornya terbiasa dengan program
baru ini dan mempercepat migrasi dari Alice. ”Semula kami pakai program Senayan
dan Alice secara bersamaan, tapi ketika pengunjung sedang ramai, para
pustakawan cenderung memakai Alice. Akhirnya kami matikan Alice sama sekali,
dan mereka terpaksa hanya memakai Senayan,” kata Hendro.
Seperti yang
mereka perkirakan sebelumnya, beberapa kegagalan terjadi ketika program itu
dijalankan. Arie, yang bertugas menjaga kelancaran migrasi itu, mendapat
keluhan bertubi-tubi dari para pengguna dan harus langsung memperbaiki program
itu. ”Bugs (gangguan pada program) memang masih banyak pada program awal ini,”
kata Arie, yang kini menjadi dosen teknologi informasi di almamaternya,
Universitas Indonesia.
Tiga bulan
berikutnya, Hendro mengundang beberapa pustakawan yang aktif di mailing list
ISIS untuk menghadiri Senayan Developer’s Day—acara perekrutan tenaga
pengembang program itu. Dari acara tersebut, terpilihlah empat nama: Purwoko,
pustakawan Fakultas Geologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Wardiyono,
programer sebuah organisasi lingkungan; Sulfan Zayd, pustakawan di Sekolah
Mentari; dan Arif Syamsudin, pustakawan di Sekolah Internasional Stella Maris.
Selama tiga
hari para pustakawan terpilih itu berkumpul dan berkonsentrasi dalam penambahan
fitur, perbaikan, dan pembaruan dokumen Senayan. Hasilnya, mereka meluncurkan
Senayan versi yang lebih stabil dan dokumen program. Maret tahun berikutnya
mereka berkumpul kembali dengan kegiatan yang sama.
Belakangan,
mereka mendapat bantuan dari Tobias Zeumer, programer di Jerman. Zeumer
mengganti program multibahasa Senayan dengan PHP Gettext, standar program
multibahasa di lingkungan peranti lunak sistem terbuka. ”Dia peduli pada
pengembangan Senayan dan salah satunya adalah menambahkan fitur bahasa Jerman
pada Senayan,” kata Hendro.
Selain terus
memperkaya Senayan, tim pengembang terus membuat paket program untuk memudahkan
pemasangan. Paket yang disebut Portable Senayan (psenayan) ini berisi program
Senayan, Apache (program untuk server), PHP, dan MySQL. Pengguna tinggal
mengopi, mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada komputer atau server
masing-masing.
Ketika
dirilis pertama kali, Senayan baru diunduh 704 kali. Angka ini melonjak menjadi
6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih Januari 2008. Adapun pada
Oktober lalu program itu sudah diunduh hampir 27 ribu kali. Dengan demikian,
total sudah 250 ribu kali lebih program itu diunduh.
Karena dapat
diunduh secara bebas, Hendro dan kawan-kawan tak tahu persis berapa banyak
pengguna aplikasi ini. Tapi sedikitnya ada sekitar 218 perpustakaan dan lembaga
lain yang mengaku memakai Senayan, seperti Pusat Studi Jepang UI, Perpustakaan
Kedokteran Tropis UGM, Sekolah Indonesia-Kairo di Mesir, Perpustakaan
Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, Rumah Sakit M.H. Thamrin Cileungsi, Institut Bisnis
dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum Kabupaten Pekalongan.
Senayan kini
sudah berkembang jauh. Ia tak hanya menampilkan data buku, tapi juga dapat
menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan bahkan video. Hendro dan timnya
juga sedang mengembangkan agar setiap server pengguna Senayan dapat saling
”bicara”, sehingga nanti dapat dibangun sebuah gerbang pencarian data buku
dalam jaringan yang dapat menelusuri semua katalog. ”Nanti akan ada sebuah
gerbang agar pencarian buku cukup melalui satu situs saja,” kata Arie.
B.
Spesifikasi Teknis yang dibutuhkan Senayan Library Management System (SLiMS)
Untuk dapat
menjalankan sebuah aplikasi perangkat lunak otomasi perpustakaan tentu saja
membutuhkan perangkat yang harus dipersiapkan baik perangkat keras, perangkat
lunak, dan aplikasi yang lain untuk mendukung jalannya perangkat lunak otomasi
perpustakaan. Berikut ini kebutuhan sistem yang harus dipersiapkan
untukmendukung jalannya perangkat lunak Senayan, yaitu:
1. Perangkat keras
Perangkat
keras yang dibutuhkan untuk menjalankan perangkatlunak Senayan adalah sebagai
berikut:
ØProsesor
kelas pentium III
ØRAM 256 MB
ØStandard
VGA dengan dukungan warna 16-Bit
2. Perangkat lunak
Perangkat
lunak yang digunakan sebagai persyaratan untuk dapatmenggunakan perangkat lunak
Senayan yaitu:
ØEngine
scripting PHP dengan dukungan
ekstension mysql,dukungan XML, dan GD untuk dapat mendukung formatPNG, JPG, GIF
dan FreeType.
ØWeb
server, dalam hal ini direkomendasikan Apache 2.2
ØServer
database MySQL dan
direkomendasikan lebih atausama dengan versi 5.0
ØUtilitas
mysqldump untuk backup database
ØSistem
operasi GNU/Linux atau Windows
ØBrowser dengan kapasitas javascript 1.5,
AJAx dan CSS 2.sebagai contoh Mozilla Firefox 2
ØPembaca
dokumen PDF seperti Adobe Reader untuk melihatdokumen PDF yang di-generate oleh
Senayan
3. Aplikasi pendukung
Pembaca barcode untuk memindai barcode saat sirkulasi.
C. Proses
Model Bisnis Senayan Library
Management System (SLiMS)
Yang
dimaksud dengan model bisnis adalah bagaimana pengembangan Senayan bisa terus
survive dengan segala keterbatasan yang ada. Tidak hanya terkait uang, tetapi
manfaat lain yang didapat baik secara institusi dan personal.
Aplikasi
perpustakaan ini mulai dikembangkan pada awal Maret 2007. Saat itu tim
pengembangnya ada dua orang, yaitu: penulis sendiri sebagai Application &
Database Designer juga programmer serta Arie Nugraha sebagai programmer utama.
Nama kode pengembangan saat itu adalah “Senayan”, karena dikembangkan di
perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan.
Belakangan
karena nama itu dianggap mudah diterima banyak orang, nama “Senayan Library
Automation” (atau biasa disebut Senayan) dipilih sebagai nama resmi aplikasi
manajemen perpustakaan yang dikembangkan di Perpustakaan Depdiknas.
Masa awal
pengembangan Senayan, komunitas belumlah dilibatkan. Praktis hanya dua orang
yang melakukan pengembangan. Ulangtahun library@senayan yang kedua tanggal 29
November 2007 dijadikan momen untuk rilis Senayan pertama kali ke publik. Versi
yang dirilis senayan3-rc4. Saat itu Senayan masih belum diimplementasikan di
library@senayan.
Pengumuman dirilisnya aplikasi Senayan juga diumumkan ke berbagai
milis terkait perpustakaan dan kepustakawanan, seperti the_ics@yahoogroups.com, ics-isis@yahoogroups.com,
dan lain-lain. Sejak itu mulailah pengembangan Senayan melibatkan banyak orang.
Distribusi Senayan dilakukan melalui web http://senayan.diknas.go.id dan diskusi teknis dilakukan di milis ics-isis@yahoogroups.com.
Mulai
pengembangan Senayan masuk ke tahap berikutnya: membentuk komunitas pengguna
serta berusaha melibatkan banyak orang sebagai developer. Model pengembangan
yang dianut adalah Open Source. Dimana tiap orang mempunyai akses ke source
code dan didorong untuk aktif dalam desain, pengembangan, dan distribusi
Senayan. Tapi berbagai pengambilan keputusan penting tetap ditangan penulis
sebagai lead developer Senayan.
Senayan
rilis awal masih menyimpan banyak bugs. Ini terbukti dari banyaknya laporan
yang masuk melalui milis dan bugs report system serta melalui ujicoba lapangan
di beberapa tempat. Untuk mengatasi berbagai bugs tersebut, dirilis
senayan3-rc5 sampai senayan3-rc10. Februari 2008 dirilislah senayan3-stable1
yang dianggap sudah stabil untuk produksi.
22 maret
2008 dirilis senayan3-stable2. Awal April 2008 library@senayan mulai resmi
mengimplementasikan Senayan menggantikan Alice. Sampai proposal ini dibuat,
rilis terakhir Senayan adalah senayan3-stable9. Untuk mempercepat pengembangan
Senayan, beberapa hal yang dilakukan antara lain:
Mengadakan
Senayan Developers Day (SDD). Yaitu para developer inti Senayan, dikumpulkan
selama kurang lebih 2-3 hari di library@senayan dan berkonsentrasi melakukan
penambahan fitur, perbaikan dan update dokumentasi. Output dari kegiatan adalah
rilis baru dan update dokumentasi.
Dalam setiap
rilis Senayan, saat ini didistribusikan dalam dua versi.
Pertama, Senayan Source.
Yaitu hanya aplikasi Senayan, yang ditujukan untuk pemakai tingkat lanjut, atau
mereka yang sudah memiliki komputer dimana web server (biasanya Apache), PHP
dan MySQL sudah terinstall sebelumnya. Pengguna sistem operasi selain Windows
juga menggunakan distribusi ini.
Kedua adalah distribusi
Portable Senayan (psenayan). Yaitu Senayan yang sudah dipaketkan dengan Apache,
PHP dan MySQL. Sehingga pengguna tinggal copy, ekstrak, dan gunakan. Ditujukan
untuk pengguna Windows yang biasanya masih awam dengan persyaratan software
yang harus tersedia untuk menjalankan Senayan.
Dalam
melakukan pengembangan Senayan, kira-kira 95% dilakukan pada platform
GNU/Linux. Penggunaan Windows dalam pengembangan hanya sebatas pembuatan
distribusi Portable Senayan dan ujicoba. Pengembangan Bisnis Komersial berupa: dukungan
layanan korporasi dan terdedikasi, web hosting Senayan,
sponsorship modul.
Dana
pengembangan Senayan didapat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
pengembang Senayan. Antara lain:
Ø
Dedicated support dari institusi yang meminta dukungan implementasi Senayan
secara khusus.
Ø
Training/Pelatihan yang diadakan oleh tim pengembang Senayan
Ø Dari
institusi yang mempunyai concern/perhatian dalam pengembangan Senayan atau
software Open Source pada umumnya.
D.
Kelebihan dan Kekurangan Senayan Library
Management System (SLiMS) Secara Umum
1.1 Kelebihan Senayan Library
Management System (SLiMS) Secara Umum
1. Senayan
dapat diperoleh dan digunakan secara gratis
Perangkat lunak merupakan salah
satu komponen penting dalam implementasi otomasi perpustakaan. Sayangnya tidak
semua perpustakaan mampu menyediakan perangkat lunak untuk otomasi
perpustakaan. Hal ini disebabkan karena harga perangkat lunak otomasi sulit dijangkau
oleh banyak perpustakaan di Tanah Air. Kehadiran Senayan sebagai salah satu
perangkat lunak otomasi berbasis FOSS menjadi solusi terkait sulitnya dengan
pengadaan perangkat lunak otomasi karena perangkat lunak ini dapat diperoleh
secara gratis.
2. Mampu
memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan
Menurut Saffady sebuah
perangkat lunak otomasi perpustakaan minimal memiliki fasilitas layanan
sirkulasi, katalogisasi serta on-line public access catalog atau OPAC (Saffady
dalam Anctil dan Bahesti, 2004: 4). Senayan tidak hanya menyediakan fasilitas
layanan sirkulasi, katalogisasi dan OPAC. Senayan menyediakan fasilitas lain
seperti manajemen keanggotaan, fasilitas untuk pengaturan perangkat lunak,
cetak barcode (baik barcode anggota maupun barcode buku), penyiangan serta
fasilitas laporan dan unggah koleksi digital.
3. Senayan
dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman interpreter
Senayana dibangun dengan
menggunakan PHP sebagai bahasa pemrograman. PHP merupakan bahasa pemrograman
interpreter yang memungkinkan untuk dimodifikasi. Dengan demikian maka
perpustakaan memungkinkan memodifikasi Senayan sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan.
4. Senayan
dikembangankan oleh sumber daya manusia lokal
Senayan dikembangan oleh sumber
daya manusia lokal, atau dikembangkan oleh SDM bangsa Indonesia. Kondisi ini
memberikan keuntungan bagi perpustakaan dan pengguna Senayan. Keuntungan
tersebut adalah Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan di Tanah Air dan
pengguna Senayan dapat berkomunikasi dengan mudah dengan para pengembang
Senayan jika mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan.
5.
Instalasi Mudah dilakukan
Sebagai perangkat lunak yang
tergolong dalam jenis perangkat lunak berbasis web instalasi Senayan mudah
dilakukan, baik itu untuk system operasi windows maupun system operasi linux.
6. Mampu
berjalan di sistem operasi linux maupun windows.
Windows ataupun linux merupakan
dua sistem operasi yang familiar digunakan oleh perpustakaan di Indonesia.
Senayan mampu berjalan stabil di dua sistem operasi tersebut. Dengan demikian
maka perpustakaan pengguna sistem operasi windows maupun linux tidak perlu
khawatir tidak dapat menggunakan Senayan karena tidak mampu berjalan disalah
satu sistem operasi.
7.
Memiliki dokumentasi yang lengkap
Dokumentasi (modul dan manual)
memiliki peranan penting dalam pengembangan sebuah perangkat lunak, termasuk
FOSS. Eksistensi dokumentasi akan memudahkan pengguna atau calon pengguna dalam
memperlajari sebuah perangkat lunak. Dengan dokumentasi yang lengkap pengguna
atau calon pengguna Senayan dapat dengan mudah mempelajari Senayan.
8. Memiliki
prospek pengembangan yang jelas
Perkembangan Senayan terjadi
sangat cepat dalam kurun waktu 2 tahun perangkat lunak it uterus memperbaiki
diri. Perbaikan ini terlihat dari banyaknya versi yang telah dirilis ke publik.
Kondisi ini mencerminkan bahwa perangkat lunak ini memiliki prospek pengembangan.
Apabila perangkat lunak ini terus diperbaharui maka pengguna Senayan yang akan
memperoleh manfaatnya dari perbaikan terhadap kelemahan serta fasilitas
tambahan yang disediakan dalam versi Senayan terbaru.
9. Memiliki
forum komunikasi antara pengguna dan pengembang
Senayan menggunakan icsisis@yahoogroups.com. This e-mail address is being
protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it sebagai forum
komunikasi antar sesama pengguna Senayan atau pengembang Senayan. Keberadaan forum
pengguna ini memungkinkan pengguna saling bertukar pengalaman terkait dengan
pemanfaatan Senayan atau berkomunikasi dengan pengembangan jika mengalami
kesulitan dalam pemanfaatan Senayan. Dengan demikian calon pengguna tidak perlu
bingung kemana mereka berkonsultasi jika mengalami masalah dalam pemanfaatan
Senayan, pengguna dapat berkonsultasi melalui milist ini.
1.2
Kelebihan Senayan Library
Management System (SLiMS) (versi terakhir Meranti)
1. Tampilan
template opac nya keren
2. Halaman
admin nya juga keren
3. Pada
bagian bibliografi ada sedikit penambahan, yaitu terletak pada Z39.50 yang
terbagi atas dua item yaitu Z39.50 SRU dan Z39.50 Service
4. Pada
master file, terdapat nya statement of responsibility
kemudian
beberapa tambahan di bawah nya yaitu pada system tool
5. Pada
menu system ada juga penambahan yaitu biblio index
2.1 Kekurangan Senayan Library
Management System (SLiMS)Secara Umum
1. Kompatibilitas web browser
Untuk mengakses Senayan
diperlukan web browser. Sayangnya tidak semua web browser mampu menjalankan
aplikasi ini dengan sempurna. perangkat lunak ini merekomendasikan mozilla
firefox sebagai web browser. Sehingga jika penggunaan web browser selain
mozilla firefox mampu tampilan Senayan tidak akan muncul secara sempurna.
Misalnya ada beberapa menu yang akan tertutupi oleh banner jika pengguna
menggunakan internet eksplorer sebagai web browser. Namun jika hanya digunakan
untuk mengakses OPAC (online public access catalog) semua web browser dapat
digunakan.
2.
Otoritas akses file
Senayan menyediakan fasilitas
upload (unggah) file. Dengan fasilitas ini pengelola perpustakaan dapat
menyajikan koleksi digital yang dimiliki perpustakaan, seperti e-book,
e-journal, skripsi digital, tesis digital dan koleksi digital lainnya. Namun
fasilitas upload file ini tidak dilengkapi dengan pembagian otoritas akses
file. Akibatnya setiap koleksi digital yang telah di upload ke dalam Senayan
berarti dapat diakses oleh semua orang. Kondisi ini tentu sedikit
mengkhawatirkan jika koleksi digital yang diupload adalah skripsi, tesis atau
laporan penelitian digital. Skripsi digital, tesis atau laporan penelitian
digital dibatasi aksesnya karena koleksi digital jenis rentan dengan masalah
plagiasi
.
E.
Pengembangan Senayan Library kedepan menurut saya adalah :
1.
Dukungan terhadap standar MARC (Machine Readable Catalog).
2. Model framework pengembangan
aplikasi yang lebih modular.
3. Dukungan Thesaurus dan
Taxonomy yang lebih baik.
4. Search dan Retrieval data
koleksi yang lebih baik dan cepat.
5. Fitur Selective
Dissemination of Information (SDI).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penerapan perpustakaan berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan kualitas
dan kecepatan proses layanan kepada pengguna perpustakaan, sehingga dapat
memperlancar proses pencarian informasi yang dibutuhkan. Selain itu sistem ini
dapat membantu manajemen perpustakaan serta dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pengoperasian perpustakaan.
Senayan Library Management System (SLiMS) merupakan aplikasi OSS perpustakaan
yang cukup terkenal di Indonesia, bahkan di luar negeri pun banyak yang
menggunakan SLiMS sebagai metadatanya. Hal ini karena beberapa keunggulan yang
dimiliki metadata ini sebagai mana yang telah dipaparkan. Diharapkan SLiMS ini
lebih disosialisasikan kepada masyarakat luas dalam upaya mengembangkan
perpustakaan digital di Indonesia. Semoga semangat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya dalam bidang perpustakaan semakin tumbuh subur.
B.
Saran
Kemudahan yang ditawarkan oleh SLiMS harus diimbangi dengan peningkatan
kemampuan pustakawan akan teknologi informasi. Mereka harus memahami dan dapat
mengaplikasikan segala kemajuan teknologi itu untuk kepentingan perpustakaan.
Karena akan sia-sia saja program-program itu diciptakan, jika tidak
dimanfaatkan.
daftar rujukan :
https://azizahlaila45.wordpress.com/2013/06/13/slims-senayan-library-management-system/
No comments:
Post a Comment